PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DI PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk
Divisi Noodle
PT Indofood CBP Sukses Makmur tbk merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang industri
makanan. Perusahaan yang berdiri pada 14 Agustus 1990 di Jakarta ini
diberi nama PT Panganjaya Intikusuma.
Divisi mie instan
merupakan divisi terbesar di Indofood, pabriknya tersebar di 14 kota besar di
Indonesia yaitu : Pekanbaru, Lampung, Medan, Palembang, Jakarta, Cibitung,
Tangerang, Bandung, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Pontianak, Manado, Makasar
dan Jambi.
Jenis-jenis
produk yang diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi noodle ini
dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :
·
Normal Noodle : Indomie, Supermie, Sarimi, Sakura
·
Snack Noodle :
Anak Mas
·
Cup Noodle :
Pop Mie
·
Dried Noodle :
Mie Telur cap 3 ayam
·
Bihun :
Pop Bihun
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang
Cibitung ini beralamat di Kampung Jarakosta, Desa Sukadanau RT 05/RW 02 No.1
Cikarang Barat, Bekasi 17520. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Utara : berbatasan dengan Pabrik PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk divisi Food Seasoning dan pemukiman penduduk.
Selatan : berbatasan dengan Pabrik Gas Samator
Timur : berbatasan dengan Jalan Raya dari Kampung
Jarakosta
Barat : berbatasan dengan pemukiman penduduk,
jalan tol dan sawah.
Luas area pabrik PT Indofood CBP Sukses Makmur tbk ini sekitar
25,75 hektar digunakan untuk bangunan pabrik, unit pengolah limbah dan berbagai
sarana hubungan industrial.
Berbagai fasilitas
industrial yang ada adalah Kantin, Poliklinik, Koperasi, Mushola ,Tempat
olahraga dan kesenian serta Bank dan ATM BCA .
Unit pengolahan limbah
(UPL) PT Indofood Sukses Makmur tbk menggunakan teknologi yang dikenal sebagi
“cyclic seguencing activated sludge ” dimana prinsip utama dari proses ini
pemindahan oksigen yang dibutuhkan oleh senyawa-senyawa organik dan degradasi padatan
tersuspensi. Keuntungan dari sistem
CSAS ini adalah efisiensi biaya operasi, evektivitas, dan dapat menghasilkan
efluen yang berkualitas tinggi.
Proses Pengolahan Limbah:
1. Bak
Transit
Bak transit adalah bak yang mempunyai kapasitas 36.72 m3
dan yang terletak di belakang tempat boiler. Bak ini merupakan tempat untuk
menampung limbah cair dari pabrik 1 dan pabrik 2 sebelum diolah ke IPAL. Fungsi dari bak ini
adalah mencampur limbah cair dari pabrik 1 dan pabrik 2 .
2. Bak
penyaring
Bak yang mempunyai kapasitas 3.7 m3 akan
menyaring inffluen secara gravitasi. Pada tahapan ini limah cair dipisahkan
dari limbah padat yang menggumpal seperti adonan atau padatan yang lain.
Setelah disaring, inffluen kemudian ditampung dalam bak yang berkapasitas 9.9 m3,
dalam bak ini minyak dibiarkan terapung dan selanjutnya minyak akan diambil
secara manual. Setelah itu inffluen di alirkan secara otomatis ke dalam bak
equalisasi.
3. Bak
Equalisasi
Influent
yang telah disaring selanjutnya masuk dalam Bak Equalisasi melalui automatic
transfer pump, bak ini dilengkapi dengan sistem areasi coarse bubler difusser pada bagian dasar bak.
Equalisasi bukan merupakan suatu proses pengolahan tetapi
merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan
selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah parameter operasional bagi
unit pengolahan selanjutnya seperti flow, level/derajat kandungan polutant,
temperatur, padatan, dsb. Bak equalisasi ini berfungsi sebagai:
·
Membagi dan meratakan volume pasokan
(influent) untuk masuk pada proses treatment.
·
Meratakan
variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading
pada sistem pengolahan biologi
·
Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan
chemical pada proses netralisasi.
·
Meratakan
kandungan padatan (SS, koloidal,dll) untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada
proses koagulasi dan flokulasi.
4. Bak
CSAS
CSAS tank merupakan bak berkapasitas 100 m3
yang dilengkapi dengan sistem aerasi coarse bubler difusser decanter dan sludge
wasting pump.
Proses ini merupakan proses utama dalam pengolahan limbah
untuk COD. Proses yang terjadi dalam
proses CSAS ini terdiri dari tiga fase
yang berurutan yaitu fase aerasi, fase setting, dan fase dekantasi.
·
Fase Aerasi
Secara umum, aerasi
merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan
air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di
dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.
Proses aerasi sangat
penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya
memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak
memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya
oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut
dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan
konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses
metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses
oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan
bau. Aerasi
dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik.
·
Fase Setting (pengendapan)
Pada fase ini sludge
dipisahkan dari influent dengan cara mengendapkannya secara gravitasi selama 1
jam. Pada fase ini terjadi reaksi-reaksi yang bersifat anaerobic seperti
dinitrifikasi dan degradasi sumber
karbon oleh mikroorganisme anaerob.
·
Fase Dekantasi (Pembuangan)
Setelah proses pengendapan selesai influent dialirkan
kedalam bak effluent sampai permukaan influent dibawah decanter.
5. Bak
Effluent
Tangki
ini merupakan tempat penampungan hasil penolahan limbah yang sudah memenuhi
baku mutu air limbah. Sehingga sebagian air ini dapat dimanfaatkan kembali dan
jika dibuang ke saluran buangan tidak membahayakan lingkungan dan sebagian lagi
dimaksukkan ke bak bioindicator (kolam ikan).
6. Fish
Tank
Merupakan
bak control, apakah effluent yang dihasilkan dari pengolahan limbah memenuhi
persyaratan kehidupan atau tidak. Perlakuan
ini dilakukan dengan menggunakan ikan mas, dikarenakan ikan ini relative kurang
tahan terhadap perubahan kualitas air. Selanjutnya secara otomatis bila air
dalam fish tank telah penuh akan mengalir kesaluran pembuangan yang menuju
kebadan air penerima (sungai/kali).
7. Sludge
Holding Tank
Selama
fase dekantasi sludge ditampung dan ditransfer ke dalam sludge holding tank
melalui pompa pembuangan sludge (sludge washing pump). Selanjutnya sludge
ditransfer dalam dewatering drum untuk diproses airnya.
8. Belt
Press
Setelah sludge sampai
ke dalam dewatering drum kadar air pada sludge dikurangi dengan menambah
tekanan pada belt-belt. Proses pengurangan ini dibantu dengan penambahan
polimer melalui pompa polimer. Sludge hasil pengepresan dibuang ke TPA secara
rutin.
Analisa Kimia Limbah
1.
TDS (Total Dissolve Substance)
2. Suhu
3. pH
4. BOD (Biological Oxygen Demand)
5. COD (Chemical Oxygen Demand)
5. COD (Chemical Oxygen Demand)
6.
TSS (Total
Suspended Solid)
7.
MLSS ( Mixed
Liquor Suspended Solid)
8.
Volume Endapan 30
menit = ml ( SV )
9. SVI (Sludge Volume Index)