Sunday 20 January 2013


PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DI PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk
Divisi Noodle

PT Indofood CBP Sukses Makmur tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam  bidang  industri  makanan. Perusahaan yang berdiri pada 14 Agustus 1990 di Jakarta ini diberi nama PT Panganjaya Intikusuma.
Divisi mie instan merupakan divisi terbesar di Indofood, pabriknya tersebar di 14 kota besar di Indonesia yaitu : Pekanbaru, Lampung, Medan, Palembang, Jakarta, Cibitung, Tangerang, Bandung, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Pontianak, Manado, Makasar dan Jambi.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi noodle ini dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :
·         Normal Noodle       : Indomie, Supermie, Sarimi, Sakura
·         Snack Noodle         : Anak Mas
·         Cup Noodle            : Pop Mie
·         Dried Noodle          : Mie Telur cap 3 ayam
·         Bihun                    : Pop Bihun
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Cibitung ini beralamat di Kampung Jarakosta, Desa Sukadanau RT 05/RW 02 No.1 Cikarang Barat, Bekasi 17520. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Utara   : berbatasan dengan Pabrik PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi Food Seasoning dan pemukiman penduduk.
Selatan  : berbatasan dengan Pabrik Gas Samator
Timur    : berbatasan dengan Jalan Raya dari Kampung Jarakosta
Barat     : berbatasan dengan pemukiman penduduk, jalan tol dan sawah.    
Luas area pabrik  PT Indofood CBP Sukses Makmur tbk ini sekitar 25,75 hektar digunakan untuk bangunan pabrik, unit pengolah limbah dan berbagai sarana hubungan industrial.
Berbagai fasilitas industrial yang ada adalah Kantin, Poliklinik, Koperasi, Mushola ,Tempat olahraga dan kesenian serta Bank dan ATM BCA .
Unit pengolahan limbah (UPL) PT Indofood Sukses Makmur tbk menggunakan teknologi yang dikenal sebagi “cyclic seguencing activated sludge ” dimana prinsip utama dari proses ini pemindahan oksigen yang dibutuhkan oleh senyawa-senyawa organik dan degradasi padatan tersuspensi. Keuntungan dari sistem CSAS ini adalah efisiensi biaya operasi, evektivitas, dan dapat menghasilkan efluen yang berkualitas tinggi.

Proses Pengolahan Limbah:
1.    Bak Transit
Bak transit adalah bak yang mempunyai kapasitas 36.72 m3 dan yang terletak di belakang tempat boiler. Bak ini merupakan tempat untuk menampung limbah cair dari pabrik 1 dan pabrik 2  sebelum diolah ke IPAL. Fungsi dari bak ini adalah mencampur limbah cair dari pabrik 1 dan pabrik 2 .
2.    Bak penyaring
Bak yang mempunyai kapasitas 3.7 m3 akan menyaring inffluen secara gravitasi. Pada tahapan ini limah cair dipisahkan dari limbah padat yang menggumpal seperti adonan atau padatan yang lain. Setelah disaring, inffluen kemudian ditampung dalam bak yang berkapasitas 9.9 m3, dalam bak ini minyak dibiarkan terapung dan selanjutnya minyak akan diambil secara manual. Setelah itu inffluen di alirkan secara otomatis ke dalam bak equalisasi. 
3.    Bak Equalisasi
Influent yang telah disaring selanjutnya masuk dalam Bak Equalisasi melalui automatic transfer pump, bak ini dilengkapi dengan sistem areasi  coarse bubler difusser pada bagian dasar bak.
Equalisasi bukan merupakan suatu proses pengolahan tetapi merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah parameter operasional bagi unit pengolahan selanjutnya seperti flow, level/derajat kandungan polutant, temperatur, padatan, dsb. Bak equalisasi ini berfungsi sebagai:
·         Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses treatment.
·         Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi
·         Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi.
·         Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal,dll) untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan flokulasi. 
4.    Bak CSAS
CSAS tank merupakan bak berkapasitas 100 m3 yang dilengkapi dengan sistem aerasi coarse bubler difusser decanter dan sludge wasting pump.
Proses ini merupakan proses utama dalam pengolahan limbah untuk  COD. Proses yang terjadi dalam proses CSAS  ini terdiri dari tiga fase yang berurutan yaitu fase aerasi, fase setting, dan fase dekantasi.
·         Fase Aerasi
Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik.
·         Fase Setting (pengendapan)
Pada fase ini sludge dipisahkan dari influent dengan cara mengendapkannya secara gravitasi selama 1 jam. Pada fase ini terjadi reaksi-reaksi yang bersifat anaerobic seperti dinitrifikasi  dan degradasi sumber karbon oleh mikroorganisme anaerob.
·         Fase Dekantasi (Pembuangan)
Setelah proses pengendapan selesai influent dialirkan kedalam bak effluent sampai permukaan influent dibawah decanter. 
5.    Bak Effluent
Tangki ini merupakan tempat penampungan hasil penolahan limbah yang sudah memenuhi baku mutu air limbah. Sehingga sebagian air ini dapat dimanfaatkan kembali dan jika dibuang ke saluran buangan tidak membahayakan lingkungan dan sebagian lagi dimaksukkan ke bak bioindicator (kolam ikan).
6.    Fish Tank
Merupakan bak control, apakah effluent yang dihasilkan dari pengolahan limbah memenuhi persyaratan kehidupan atau tidak. Perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan ikan mas, dikarenakan ikan ini relative kurang tahan terhadap perubahan kualitas air. Selanjutnya secara otomatis bila air dalam fish tank telah penuh akan mengalir kesaluran pembuangan yang menuju kebadan air penerima (sungai/kali).
7.    Sludge Holding Tank
Selama fase dekantasi sludge ditampung dan ditransfer ke dalam sludge holding tank melalui pompa pembuangan sludge (sludge washing pump). Selanjutnya sludge ditransfer dalam dewatering drum untuk diproses airnya.
8.    Belt Press
Setelah sludge sampai ke dalam dewatering drum kadar air pada sludge dikurangi dengan menambah tekanan pada belt-belt. Proses pengurangan ini dibantu dengan penambahan polimer melalui pompa polimer. Sludge hasil pengepresan dibuang ke TPA secara rutin.

Analisa Kimia Limbah
1.    TDS (Total Dissolve Substance)
2.    Suhu
3.    pH 
4. BOD (Biological Oxygen Demand)
5. COD (Chemical Oxygen Demand)
6.    TSS (Total Suspended Solid)
7.    MLSS ( Mixed Liquor Suspended Solid)
8.    Volume Endapan 30 menit = ml ( SV )
9.    SVI (Sludge Volume Index)